KONTEKS.CO.ID – Herzaky Mahendra Putra, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran menegaskan, tangkapan layar grup WhatsApp buzzer yang berisi pesan arahan menangisi Prabowo Subianto lewat TikTok adalah hoax.
Menurutnya, keberadaan grup WhatsApp Buzzer tersebut dan penempatan namanya di dalamnya mungkin merupakan hasil rekayasa dari kubu capres lain yang ingin mengadu domba.
Herzaky Mahendra Putra menyayangkan penggunaan cara-cara kotor, bengis, dan tak manusiawi yang melibatkan hoax, fake news, dan fitnah untuk mendiskreditkan lawan dalam kontestasi pilpres.
Ini mencerminkan praktik yang tidak fair dan tidak etis dalam dunia politik.
Tangkapan layar percakapan grup WhatsApp buzzer menjadi viral di media sosial menunjukkan adanya arahan menyerang pasangan capres-cawapres lain.
Dalam percakapan tersebut, terdapat instruksi untuk memilih isu tertentu sebagai respons terhadap kekalahan Prabowo dalam debat capres.
Herzaky memastikan bahwa tangkapan layar tersebut merupakan hoax. Karena dirinya tidak pernah bergabung dalam grup buzzer seperti yang terlihat dalam percakapan tersebut.
Selain itu, ia menyoroti beberapa keanehan dalam tangkapan layar yang memunculkan kontak dengan nama Buzzer PAN, Buzzer Gerindra, dan lainnya.
Herzaky menyampaikan keanehan dalam tangkapan layar tersebut. Terutama terkait dengan instruksi untuk memilih isu tertentu, seperti menangisi Prabowo di TikTok.
Dia juga merinci keganjilan lainnya, seperti adanya kontak dengan nama Buzzer PAN dan Buzzer Gerindra, yang menurutnya menguatkan argumen bahwa ini merupakan hasil rekayasa.
Grup WhatsApp Buzzer, TKN dan Demokrat Tegaskan Kadernya Militan
Herzaky menegaskan bahwa TKN dan Partai Demokrat tidak pernah menggunakan jasa buzzer atau pendengung dalam berkampanye.
Sebaliknya, mereka mengandalkan kader-kader dari berbagai partai pendukung yang sangat militan dan aktif dalam membela Prabowo dengan menyampaikan kebenaran, data, dan fakta sebenarnya.
Herzaky menduga bahwa konten hoax sengaja dibuat oleh kubu pendukung capres lain. Terutama jubir capres yang mungkin merasa kalah dalam adu argumentasi di televisi ketika membahas debat capres.
Dia juga menyoroti bahwa penyebaran konten hoax ini mungkin merupakan tindakan panik. Sebab elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran terus meningkat sementara pasangan capres-cawapres lain mengalami penurunan.
Herzaky menyampaikan harapannya agar kubu lain yang terlibat dalam kampanye politik dapat menghindari penggunaan cara kotor, tidak baik, dan tidak mendidik seperti hoax. Sehingga proses pemilu dapat berlangsung secara konstruktif dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Dia juga mengajak untuk lebih bersikap fair dan jujur dalam berkompetisi. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"