KONTEKS.CO.ID – Pesawat P-8A Poseidon Australia telah memperkuat angkatan bersenjata negara tersebut. Dengan kemampuannya, maka Australia bisa menemukan posisi kapal selam Indonesia.
Australia sendiri sebelumnya menggunakan pesawat patroli maritim AP-3C Orion sebagai pesawat mata-matanya. Unit terakhirnya telah Angkatan Udara Australia tarik untuk pensiun pada 12 Desember 2023, setelah 50 tahun bertugas.
Kini tongkat estafet pengawasan maritim telah Pesawat Patroli Maritim P-8A Poseioden generasi berikutnya emban.
Transisi ini menggarisbawahi upaya Australia untuk melawan ancaman yang muncul di Indo-Pasifik, khususnya sebagai respons terhadap meningkatnya kehadiran kapal selam China di wilayah tersebut.
Sebab P-8A adalah platform yang ampuh untuk operasi anti-kapal selam. Dengan demikian, pesawat akan memungkinkan Australia untuk secara efektif mencegah segala ancaman bawah laut dari kapal selam musuh, kata GlobalData, sebuah perusahaan data dan analisis.
Pesawat P-8A Poseidon dan Modernisasi Angkatan Bersenjata Australia
“Fleet Size Dashboard” terbaru dari GlobalData mengungkapkan, setelah penghentian platform AP-3C, usia rata-rata seluruh armada pesawat militer sayap tetap Australia turun di bawah 30 tahun.
Dari jumlah tersebut, 60% armadanya memiliki usia rata-rata di bawah 10 tahun, hal ini menunjukkan upaya Australia untuk menjaga armadanya tetap modern dan tangguh.
Dasbor juga mengungkapkan bahwa P-8A adalah platform termuda ketiga di armada Australia, dengan usia rata-rata 5,5 tahun, setelah pesawat F-35A dan EA-18G. Hal ini menunjukkan bahwa P-8A masih memiliki masa pakai beberapa dekade untuk memantau dan menjaga garis pantai Australia sebelum dipensiunkan.
“Untuk meningkatkan kemampuan maritimnya dan mengatasi tantangan geopolitik yang terus berkembang, Australia telah melakukan transisi ke armada yang terdiri dari 14 pesawat P-8A,” kata Sai Kiran, seorang analis di GlobalData.
Lebih lanjut ia mengatakan, ini adalah program yang melibatkan pengeluaran pengadaan USD$3,8 miliar. Sebanyak 12 dari pesawat P-8A ini telah masuk ke dalam layanan aktif antara tahun 2016 dan 2019. Sementara dua unit lainnya belum terkirimkan.
Meskipun China dan Australia telah mengambil langkah bersama dalam belakangan ini untuk menormalisasi hubungannya, ada beberapa dugaan pelanggaran perbatasan maritim sekutu Australia di Laut China Selatan. Begitu juga di kawasan Indo-Pasifik oleh China.
“Meningkatnya jejak militer China di kawasan ini, plus dengan penempatan aset angkatan laut yang canggih baru-baru ini, termasuk kapal selam dan kapal angkatan laut. Ini memicu Australia memperkuat kemampuan anti-kapal selam dan peperangan maritimnya. Selain itu, P-8A Australia juga akan dapat mendukung sekutu utamanya, AS, dalam melacak dan menghancurkan aset angkatan laut musuh. Ini terjadi jika terjadi potensi konflik di masa depan di kawasan yang melibatkan AS dan China,” pungkasnya.
Kapal Selam Indonesia Bisa Terdeteksi
Dengan kemampuan hebatnya melacak kapal selam China, maka P-8A sangat mungkin memonitor kapal selam milik Angkatan Laut Indonesia, TNI AL.
TNI AL terketahui kini memiliki empat kapal selam canggih yaitu. Yaitu, KRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"