KONTEKS.CO.ID – Senjata nuklir Israel masih menjadi tanda tanya besar. Indikasi yang ada membenarkannya, tapi Israel menolak mengamininya.
Sebuah roket yang Hamas luncurkan sejak 7 Oktober ke Israel ada yang menghantam pangkalan militer. Pangkalan ini teryakini menampung rudal berkemampuan nuklir, demikian klaim sebuah laporan New York Times.
Jadi apakah negara Ziones Yahudi memiliki senjata nuklir atau tidak? Mengutip Sputnik, Rabu 6 Desember 2023, mari kita ungkap kebenarannya!
Pertama dan terpenting, perlu tertekankan bahwa Israel tidak membenarkan atau menyangkal atas status senjata nuklirnya. Zionis tetap berpegang pada apa yang tersebut sebagai kebijakan “ambiguitas yang disengaja.”
Tel Aviv telah berulang kali mengulangi mantra bahwa “Israel tidak akan menjadi negara pertama yang memperkenalkan senjata nuklir ke Timur Tengah”.
Meskipun demikian, negara Yahudi tersebut dengan keras kepala menolak menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) tahun 1968. Meskipun ada tekanan internasional, dan bersikeras bahwa perjanjian tersebut tidak sejalan dengan kepentingan keamanan nasionalnya.
Senjata Sensitif di Pangkalan Udara Israel?
Adapun laporan tanggal 4 Desember oleh New York Times (NYT), secara khusus mengacu pada analisis cermat terhadap citra satelit. Foto satelit menunjukkan dampak roket terhadap Pangkalan Udara Sdot Micha memicu kebakaran di dekat fasilitas tempat senjata sensitif terduga tersimpan.
Surat kabar tersebut mengutip Hans Kristensen, Direktur Proyek Informasi Nuklir Federasi Ilmuwan Amerika, yang mengatakan, kemungkinan besar terdapat 25 hingga 50 peluncur rudal Jericho berkemampuan nuklir di pangkalan udara tersebut.
Para ahli meyakini rudal dapat membawa hulu ledak nuklir. Pemerintah Israel belum mengomentari laporan tersebut.
Dalam perkembangan terpisah baru-baru ini terkait masalah ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bulan lalu bahwa pernyataan Menteri Urusan dan Warisan Yerusalem Amihai Eliyahu tentang kemungkinan nuklir di Jalur Gaza telah memicu banyak pertanyaan, termasuk tentang persenjataan nuklir dari negara Yahudi.
“Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Masalah pertama dan terpenting adalah bahwa kita sedang mendengarkan pernyataan resmi tentang keberadaan senjata nuklir! Pertanyaan berikutnya yang dimiliki semua orang adalah di mana organisasi internasional berada, di mana IAEA (Badan Energi Atom Internasional), dan di mana para pengawasnya?” tegas Zakharova.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan cepat menanggapi dengan menyatakan bahwa pernyataan Eliyahu tidak berdasarkan pada kenyataan. Menteri tersebut bahkan telah diskors dari rapat kabinet sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Berapa Banyak Senjata Nuklir Israel?
Persediaan militer Israel konon mencakup antara 80 dan 400 hulu ledak nuklir, menurut berbagai sumber.
Orang dalam berpendapat bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memiliki sarana berbasis darat, udara, dan laut untuk mengirimkan hulu ledak tersebut, sehingga membentuk triad nuklir.
Tulang punggung triad ini dilaporkan terdiri dari rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam serta rudal balistik menengah dan antarbenua. Dengan pesawat tempur jarak jauh Angkatan Udara Israel siap melakukan pencegahan nuklir dan serangan strategis.
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIRPI), sebaliknya, percaya bahwa Israel memiliki sekitar 80 hulu ledak nuklir.
“Dari jumlah tersebut, sekitar 30 adalah bom gravitasi untuk dikirim melalui pesawat terbang. 50 senjata sisanya untuk terkirim dengan rudal balistik jarak menengah Jericho II, yang teryakini berbasiskan peluncur bergeraknya di gua-gua pangkalan militer di timur Yerusalem.
“Status operasional rudal balistik jarak menengah Jericho III yang baru tidak terketahui. Pada tahun 2013 Israel melakukan uji peluncuran ‘sistem propulsi roket’, yang tampaknya tertujukan untuk rudal Jericho III,” kata SIRPI di situs web-nya.
Jumlah pasti hulu ledak Israel masih belum bisa tertebak, karena mantan Presiden AS Jimmy Carter pernah menyatakan, “Israel memiliki 300 atau lebih nuklir, tidak ada yang tahu persis berapa banyak senjata nuklirnya.”
Bagaimana Kemampuan Israel Termulai?
Sumber mengatakan bahwa Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion berkomitmen agar negaranya memperoleh senjata nuklir. Alasannya untuk mencegah terulangnya Holocaust.
Pada tahun 1949, sebuah unit korps sains IDF melakukan survei geologi di gurun Negev, awalnya mencari minyak bumi tetapi kemudian mencari sumber uranium, yang penting untuk pengembangan nuklir.
Di saat yang sama, Israel mulai mendanai mahasiswa fisika nuklir untuk belajar di luar negeri, sehingga mereka dapat meneliti penelitian yang berkaitan dengan reaksi berantai nuklir.
Pada tahun 1952, Ketua Komisi Energi Atom Israel saat itu Ernst David Bergmann mengupayakan kolaborasi nuklir dengan Prancis, termasuk pekerjaan para ilmuwan Israel di bidang nuklir Prancis.
Pertukaran fasilitas dan keahlian, terutama dengan mereka yang memiliki pengalaman dalam Proyek Manhattan. Ini sebuah program penelitian dan pengembangan yang AS pimpin dan berlangsung selama Perang Dunia II untuk menghasilkan senjata nuklir pertama.
Program Nuklir Dimona Israel
Sebagai pengakuan pertama terhadap program nuklir Israel, majalah Time melaporkan pada 13 Desember 1960. Mereka mengungkap bahwa negara non-Komunis dan non-NATO telah melakukan “pengembangan atom”.
Tiga hari kemudian, media Inggris menyatakan bahwa negara yang termaksud adalah Israel. Tak lama kemudian, pada 18 Desember 1960, John McCone, Ketua Komisi Energi Atom AS saat itu, membenarkan pembangunan reaktor nuklir Dimona di Gurun Negev oleh Israel.
The New York Times lebih lanjut melaporkan bahwa Prancis memberikan bantuan kepada negara Yahudi tersebut dalam program nuklirnya.
Informasi tersebut mendorong Perdana Menteri Ben-Gurion saat itu untuk membuat pernyataan yang menjadi satu-satunya pernyataan Perdana Menteri Israel tentang reaktor Dimona.
Pada bulan Desember 1960, ia mengatakan kepada anggota parlemen Israel bahwa pemerintah sedang membangun reaktor 24 megawatt. Reaktot itu akan melayani kebutuhan industri, pertanian, kesehatan, dan ilmu pengetahuan. Reaktor terklaim terancang khusus untuk tujuan damai. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"