KONTEKS.CO.ID – Bahaya septic tank meledak di rumah kos di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, membuktikan bahwa penampung limbah ini berbahaya.
Bahayanya septic tank disampaikan oleh para peneliti dari Institute of Medical Education and Research, Central Health Services, yaitu Uma Hariharan, Nikhil Bhasin, Vishakha Mittal, Rajesh Sood.
Dalam jurnal ilmiah Kasus Fatal Keracunan Gas Septic Tank: Tantangan Perawatan Kritis di medcraveonline.com, disebutkan septic tank berbahaya dari sisi kesehatan. Gas yang dihasilkan juga bisa menyebabkan kebakaran atau ledakan. Inilah bahaya septic tank.
Dikutip Selasa 11 Juli 2023, tangki septik berbahaya karena mengandung berbagai gas selokan yang sangat beracun. Jika terhirup bisa mengakibatkan berbagai komplikasi, termasuk kematian.
“Kami dengan ini melaporkan kasus fatal keracunan yang tidak disengaja akibat gas tangki septik pada pasien muda dan tantangan perawatan kritis terkait,” tulis para peneliti.
Pengertian Septic Tank
Tangki septik adalah area tertutup yang dibuat untuk akumulasi limbah rumah tangga yang membusuk, saluran air limbah dan gas yang dihasilkannya.
Gas selokan bisa beracun dan tidak beracun. Komponen utamanya adalah Metana yang bisa sangat beracun dalam konsentrasi tinggi.
“Gas selokan adalah campuran dari Hidrogen Sulfida, Amonia, Karbon-dioksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida dan terkadang, bahkan karbon monoksida. Konsentrasi komponen-komponen ini berbeda dengan waktu, komposisi limbah, suhu dan pH isi,” kata para peneliti.
Lebih lanjut dikatakan, hidrogen sulfida dapat menjadi racun bahkan dalam konsentrasi kecil berupa iritasi mata, sesak napas, dan batuk yang tak henti-hentinya.
“Paparan konsentrasi yang lebih tinggi dapat dengan cepat berakibat fatal. Pasien kami harus menjalani perawatan kritis karena bahaya septic tank,” kata mereka.
Mereka menjelaskan, seorang pasien laki-laki 24 tahun dibawa ke unit gawat darurat dalam keadaan tidak sadar. Dikatakan si pasien melompat ke dalam septic tank untuk menyelamatkan seorang anak yang tidak sengaja jatuh ke dalamnya.
Ketika korban bisa mengevakuasi anak itu, dia pingsan dan terperangkap di dalam septic tank selama hampir lima belas sampai dua puluh menit sebelum bisa dievakuasi oleh tetangganya.
“Pasien meninggal karena keracunan gas tangki septik dan mengalami henti jantung pada hari kelima,” tambah peneliti.
Ada di Perumahan Negara Berkembang
Tangki septik cukup umum di kawasan perumahan dan industri untuk memenuhi limbah limbah. Dekomposisi alami dan campuran limbah menyebabkan produksi gas limbah.
Menurut peneliti, gas-gas ini dapat menjadi racun jika terhirup dalam konsentrasi tinggi atau dalam jangka waktu lama. Gas tangki septik mengandung metana, hidrogen sulfida (H2S), karbon dioksida, sulfur dioksida, amonia, nitrogen dioksida, dan jejak karbon monoksida.
Hidrogen sulfida berbau khas telur busuk -mudah dikenali oleh organ penciuman manusia dan berfungsi sebagai sinyal peringatan kebocoran gas saluran pembuangan.
Ini adalah gas tidak berwarna, lebih berat dari udara, korosif dan mudah terbakar. Terkena hidrogen sulfida dengan konsentrasi rendah sekalipun dapat menyebabkan iritasi mata, sakit tenggorokan, sesak napas, dan batuk.
Terpapar terlalu lama bahkan dapat menyebabkan edema paru, sakit kepala, dan pusing. Paparan pada kadar >100ppm (bagian per juta) bisa berbahaya karena menyebabkan kelelahan penciuman dan bau menjadi tidak terdeteksi.
Paparan konsentrasi yang lebih tinggi (>300 ppm), mengakibatkan hilangnya kesadaran dan kematian dengan cepat. Bahkan satu tarikan napas dengan konsentrasi lebih tinggi dari 1000 ppm dapat menyebabkan keruntuhan (‘knock-down’) dan kematian seketika.
Toksisitas H2S disebabkan oleh penghambatan fosforilasi oksidatif dan sitokrom oksidase yang mengakibatkan penurunan ATP seluler (adenosine tri-phosphate). Menghirup menyebabkan banyak komplikasi pernapasan seperti mengatur pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan dewasa (ARDS).
Paparan metana konsentrasi tinggi dapat berbahaya karena mengurangi persentase oksigen di udara dan menyebabkan hipoksia. “Menghirup gas metana dapat menyebabkan asfiksia, kehilangan kesadaran, dan pneumonitis,” pungkas peneliti. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"