KONTEKS.CO.ID – Kabar seorang ayah di Jember, Jawa Timur menjadikan anaknya yang tergolong Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebagai pekerja seks komersial (PSK) membuat geger media sosial.
Bahkan, menurut kabar sang ayah menjadikan anaknya yang ODGJ bernama Atika itu dengan tarif Rp20 ribu-Rp25 ribu.
Menurut kabar, sang ayah menjajakan anaknya yang ODGJ itu menggunakan sepeda dan mendandaninya untuk kemudian berkeliling menggunakan sepeda di area Jember, Jawa Timur.
Berdasarkan unggahan video YouTube Pratiwi Noviyanthi, terlihat seorang pria membonceng wanita dengan sepeda.
Sang anak terlihat berpakaian seksi dan berias mencolok. Keduanya merupakan warga Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah, Jember, Jawa Timur.
YouTuber Pratiwi Noviyanthi Klaim Punya Bukti
YouTuber Pratiwi Noviyanthi yang datang langsung ke Jember untuk memastikan kebenaran mengenai kasus tersebut mendapat keterangan dari sejumlah warga.
Kata dia, Atika berdandan dan memakai pakaian seksi. Kemudian, sang ayah memboncengnya naik sepeda untuk menjadi PSK. Dia harus melayani laki-laki hidung belang di beberapa tempat sesuai perjanjian sebelumnya.
“Ini ada beberapa bukti foto dan video, dan kata tetangganya, mbak Atika ini sepertinya dieksploitasi, diperjualabelikan sama sama bapaknya sendiri. Padahal anak ini memiliki keterbatasan mental,” ujar Pratiwi Noviyanthi, menukil Jumat, 3 Mei 2024.
Menurut keterangan warga sekitar, kata Pratiwi, mereka kerap melihat sang ayah mengantar anaknya menuju lokasi perjanjian.
“Suatu malam tetangga mereka pernah mergokin mbak Atikah pakai pakaian seksi. Lalu pergi diantar bapaknya naik sepeda melayani lelaki, dengan tarif sekitar Rp25.000-Rp30.000, bayarannya kayak seikhlasnya gitu,” tuturnya.
Berdasarkan keterangan warga, sang ayah tega ‘menjual’ anaknya lantaran keterbatasan ekonomi.
Meski demikian, Pratiwi sangat menyayangkan jika hal itu benar terjadi.
“Namun tidak dengan mengeksploitasi anak seperti itu. Apalagi ini berkebutuhan khusus, istilahnya mentalnya terganggu,” sesalnya.
Pratiwi mengaku, sedang mencari keberadaan Atikah. Sebab, rumahnya dalam keadaan kosong saat ia berada di Jember.
Dia mengaku, akan terus mencari Atika untuk menghentikan praktik jual beli PSK.
Hal itu agar gadis ODGJ tersebut bisa mendapat perhatian serta perawatan dan kehidupan yang lebih baik.
Respons Dinsos Kabupaten Jember
Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Jember langsung merespons kabar Atika jadi PSK itu.
Mereka langsung turun ke lokasi untuk memastikan kebenaran kabar ini.
“Bapak dan anak ini warga Kecamatan Jenggawah. Si bapak ini sering mengajak anak perempuannya itu jalan-jalan pakai sepeda angin (ontel),” kata Kepala Dinsos Kabupaten Jember Akhmad Helmi Luqman, Jumat 3 Mei 2024.
“Nah, setiap diajak jalan-jalan ini, si anak ini memakai pakaian seksi. Dari situlah kemudian muncul kabar bapaknya itu mengomersialkan anaknya ke pria hidung belang,” sambung Helmi.
Lantas, kabar tersebut tersebar luas di media sosial usai terunggah di YouTube.
“Kabar itu semakin santer beredar setelah ada YouTuber yang mengunggah videonya ketika bapak dan anak ini jalan-jalan naik sepeda,” ujar Helmi.
Pihaknya, lanjut Helmi, sudah menyambangi rumah kedua orang itu untuk memastikan kabar dugaan eksploitasi anak itu.
“Hasilnya memang kita tidak atau belum menemukan bahwa tuduhan itu benar,” terang Helmi.
Dinsos juga menggali keterangan dari warga sekitar rumah bapak-anak itu.
“Tapi setelah kita tanya ke para tetangga itu, mereka juga tidak tahu pasti. Mereka hanya bilang ‘katanya-katanya’. Jadi kami juga belum bisa memastikan,” jelas Helmi.
Kata Helmi, sejauh ini tidak ada bukti kuat jika sang ayah telah ‘menjual’ anaknya yang ODGJ.
Sebab, tidak ada saksi yang melihat langsung tuduhan tersebut.
“Jadi, kami dari Dinsos yang bisa kami lakukan adalah pendampingan. Karena kondisi si anak perempuan ini mengalami keterbelakangan mental,” pungkasnya.
Berdasarkan keterangan yang terhimpun, Keduanya tinggal dalam satu rumah berukuran kurang lebih 5×6 meter. Bangunan rumah pun sudah tidak layak.
Sedangkan, sang ibu sudah meninggal dunia pada tahun 2020 lalu. diketahui merupakan keluarga petani yang kurang mampu dengan kondisi anak mengalami ODGJ.
Mereka tinggal berdua dalam satu rumah berukuran kurang lebih 5×6 meter, dengan kondisi bangunan rumah yang tidak layak. Sedangkan sang ibu meninggal sekitar tahun 2020.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"