KONTEKS.CO.ID – Di tengah gemerlap kota Gresik, Jawa Timur, terdapat sebuah desa bernama Sekapuk yang mampu mengubah nasibnya dari yang dulu tertinggal menjadi desa miliarder.
Desa Sekapuk, terletak di Kecamatan Ujungpangkah, sebelah utara Kabupaten Gresik. Perubahan dramatis ini tidak datang begitu saja, melainkan melalui kerja keras, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat setempat.
Sekapuk dulunya adalah desa yang menghadapi banyak permasalahan serius, seperti kemiskinan, lingkungan yang kumuh, masalah banjir, serta ketidakmampuan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk berkembang.
Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Sekapuk pada akhir tahun 2017 hanya mencapai 0.55%, mencerminkan tingkat keterbelakangan desa ini.
Namun, tahun 2018 menjadi titik balik bagi Sekapuk. Pemerintah desa bersama warganya berkomitmen untuk melakukan perbaikan dengan fokus pada peningkatan kinerja BUMDes.
Hasil dari usaha ini sangat mengesankan; BUMDes Desa Sekapuk berhasil menghasilkan keuntungan sebesar Rp11 miliar lebih dengan omset yang menggiurkan sekitar Rp4,5 miliar.
Oleh karena prestasi tersebut, Sekapuk dengan bangga mendeklarasikan diri sebagai desa miliarder sejak September 2020. Semangat perubahan juga terasa sejak awal kepemimpinan Kepala Desa Abdul Halim.
Gotong royong membersihkan jalan-jalan yang sebelumnya kumuh adalah salah satu tanda perubahan yang nyata. Salah satu hasilnya adalah tempat wisata Setigi.
Setigi adalah tempat wisata yang menawarkan pemandangan menakjubkan dengan istana batu kapur bekas tambang yang kini telah diubah menjadi destinasi wisata yang memukau.
Wisata Setigi segera mencuri perhatian media lokal dan internasional, dengan wisatawan asing dari Australia dan Eropa yang mulai berdatangan.
Dari Setigi yang mendatangkan banyak pengunjung lokal dan mancanegara, Sekapuk mampu menghasilkan omset miliaran rupiah, menjadikannya salah satu sumber penghasilan utama desa ini.
Keunikan lainnya adalah bahwa pemegang saham terbesar di Setigi bukanlah pemerintah desa atau kabupaten, melainkan warga desa sendiri melalui Tabungan Investasi.
Warga desa bersedia untuk berinvestasi dalam pengembangan sarana dan prasarana wisata di desa mereka.
Sebagai imbalan, warga mendapat hasil investasi berupa dividen dengan pembagian 60:40, di mana 60% untuk pemegang saham dan 40% masuk ke kas pemerintah desa.
Selain Setigi, Sekapuk juga memproduksi berbagai jenis camilan dan jajanan ringan yang dijual di kawasan wisata.
Semua tahap produksi camilan ini dilakukan oleh warga desa, menciptakan lapangan kerja dan omset yang signifikan.
Berkat pendapatan yang besar ini, desa Sekapuk mampu memfasilitasi perangkatnya dengan kendaraan dinas, seperti mobil mewah Toyota Alphard, serta mini bus yang digunakan untuk operasional.
Selain itu, puluhan sepeda listrik juga telah dibeli untuk digunakan oleh anak-anak sekolah setempat.
Prestasi yang telah dicapai oleh pemerintah desa dan warga Sekapuk telah menjadikan desa ini sebagai contoh bagi wilayah lain.
Banyak desa dari berbagai provinsi datang untuk melakukan kunjungan studi banding ke Sekapuk, berharap dapat memetik inspirasi dan inovasi yang mereka terapkan.
Upaya kolaboratif antara pemerintah desa dan warganya, dengan fokus pada pembangunan ekonomi lokal dan pariwisata, telah membawa perubahan positif yang mengesankan di Desa Sekapuk.
Hal ini menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, komitmen, dan inovasi, desa-desa di seluruh Indonesia juga dapat mencapai tingkat kemakmuran yang sama.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"