KONTEKS.CO.ID – Tahun 2023 prediksinya menjadi tahun yang penuh tantangan bagi sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa negara lainnya di sekitarnya. Ini karena prediksi kemarau panjang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis daftar wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang lebih panjang dan lebih kering dari biasanya.
Fenomena ini BMKG perkirakan bahwa penyebabnya adalah El Nino, yang dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim lebih ekstrem.
Fenomena El Nino adalah perubahan periodik dalam suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang dapat memengaruhi pola cuaca di seluruh dunia. Biasanya terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dengan durasi bervariasi.
Namun tahun 2023 ini, BMKG memprediksi El Nino akan berdampak lebih signifikan.
Salah satu dampak utama El Nino adalah peningkatan suhu permukaan laut. Ini yang dapat menyebabkan perubahan pola angin dan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah yang terkena dampaknya.
Sehingga dengan durasi El Nino yang BMKG perkirakan sekitar 9-20 harian, sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di 355 Zona Musim (ZOM), perkiraannya akan mengalami kekeringan parah.
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling terdampak oleh El Nino.
Berdasarkan perkiraan BMKG, berikut adalah daftar wilayah yang kemungkinan akan mengalami musim kemarau pada tahun 2023, berdasarkan bulannya.
Musim Kemarau 2023 Berdasarkan Bulan
Mei (22% wilayah)
– Aceh (3 zona)
– Bali (6 zona)
– Banten-DKI (8 zona)
– Daerah Istimewa Yogyakarta (6 zona)
– Jawa Barat (19 zona)
– Jawa Tengah (34 zona)
– Sulawesi Selatan (6 zona)
– Sumatera Utara (9 zona)
Musim Kemarau Juni (22% wilayah)
– Aceh (5 zona)
– Bali (2 zona)
– Banten dan DKI Jakarta (6 zona)
– Jabar (15 zona)
– Jateng (12 zona)
– Jatim (1 zona)
– Sulsel (3 zona)
– Sumut (7 zona)
Juli (10% wilayah)
– Gorontalo (3 zona)
– Jabar (1 zona)
– Jatim (2 zona)
– Sulsel (7 zona)
– Sulteng (12 zona)
Musim Kemarau Agustus (4% wilayah)
– Kalimantan Selatan (4 zona)
– Kalimantan Timur (3 zona)
– Maluku (2 zona)
– Maluku Utara (5 zona)
– Sulsel (6 zona)
– Sulteng (5 zona)
– Sultra (3 zona)
September (2% Wilayah)
– Maluku (3 zona)
– Maluku Utara (2 zona)
– Papua Barat (5 zona)
– Sulteng (5 zona)
– Sulut (2 zona)
Musim Kemarau Oktober
– Maluku (3 zona)
November
– Papua Barat (1 zona)
Desember
– Sulteng (1 zona)
Dengan musim kemarau yang BMKG perkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun, banyak wilayah di Indonesia akan menghadapi tantangan serius. Terutama dalam hal pasokan air bersih, pertanian, dan sektor-sektor lainnya yang bergantung pada curah hujan yang memadai.
Meskipun begitu, kita juga harus menyambut akan adanya musim hujam yang mungkin akan datang pada akhir bulan September atau awal bulan Oktober.
Doa Meminta Turun Hujan
Untuk itu, simak berikut ini doa turun hujan beserta artinya lengkap dengan bahasa latin.
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Arab latin: Allâhumma shayyiban nâfi’an.
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.” (H.R. Bukhari)
Selain doa di atas, ada doa lain yang dapat dipanjatkan. Doa ini dibaca ketika turun hujan, seusai melaksanakan sholat Istisqa’.
Berikut bacaannya:
اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، وَلَا سُقْيَا عَذَابٍ، وَلَا بَلَاءِ، وَلَا هَدَمٍ وَلَا غَرَةٍ. اللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَابِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ. اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا.
Arab latin: Allaahumma suqyaa rahmatin, wa laa suqya adzaabin, wa laa balaa’in, wa laa hadamin wa la gharaqin. Allaahumma ‘alazh- zhiraabi wa manaabitisy-syajari. Allaahumma hawaalaina wa laa ‘alainaa.
Artinya: “Ya Allah, semoga ini adalah hujan rahmat, bukan hujan adzab, bukan hujan bala (musibah), bukan hujan yang menghancurkan, bukan hujan yang menenggelamkan. Ya Allah, alihkanlah hujan kepada bukit-bukit dan tempat-tempat tumbuhnya pohon. Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai nikmat bagi kami, bukan sebagai siksa atas kami.” ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"