KONTEKS.CO.ID - Nama Radja Nainggolan selalu menarik perhatian, baik di dalam maupun luar lapangan.
Dalam wawancara terbaru di serial YouTube "Take A Seat" bersama kreator konten Junior Vertongen, mantan pemain tim nasional Belgia itu berbicara blak-blakan tentang masa kecilnya yang berat, hubungannya dengan sang ayah yang berasal dari Indonesia, hingga pilihannya jika harus menentukan tim nasional hari ini.
“Saat ini, saya akan selalu memilih tim nasional Indonesia,” ujar Nainggolan tegas, seperti dikutip dari Het Laatste Nieuws (HLN), Kamis, 30 Oktober 2025.
Pernyataan itu mengejutkan banyak pihak, terutama para penggemar sepak bola Belgia. Namun bagi Nainggolan, keputusannya bukan soal nasionalisme sempit, melainkan tentang rasa hormat dan penghargaan yang ia rasakan dari masyarakat Indonesia.
“Saya sama sekali tidak menentang Belgia saya bermain di semua jenjang akademi di sini. Hanya saja, saya disingkirkan dari Setan Merah oleh Martínez. Tanpa alasan. Bagi saya, dia pelatih yang buruk dan bukan pakar sepak bola,” katanya, menyinggung mantan pelatih timnas Belgia, Roberto Martínez.
“Jika Anda melihat rasa hormat yang saya dapatkan di Indonesia, saya pasti akan memilih Indonesia saat ini. Saya bahkan pernah menjadi duta di sana,” tambahnya.
Mantan pemain Bhayangkara FC itu juga menyinggung Sandy Walsh, pemain keturunan Indonesia yang kini membela tim Garuda. Ia menilai, bagaimana seorang pemain bisa mendapatkan penghormatan luar biasa di Indonesia.
“Seorang pesepak bola biasa yang sangat berpengaruh di negaranya, semata-mata karena ia seorang pesepak bola,” ujar Nainggolan.
Baca Juga: Pemain Keturunan Indonesia Radja Nainggolan Ditangkap Aparat, Diduga Terlibat Peredaran Kokain
“Orang-orang itu dihormati di Indonesia. Media sosial (Sandy) Walsh meledak karena pilihannya untuk Indonesia. Dia mendapatkan jutaan pengikut di Instagram. Orang Indonesia sangat menghormati Anda. Anda akan dihujani api karenanya," puji pemain berdarah Batak ini.
Masa Kecil Penuh Perjuangan
Dalam wawancara yang sama, Nainggolan juga membuka sisi kehidupannya yang jarang diketahui publik, yakni masa kecil penuh kesulitan ekonomi dan perjuangan seorang ibu tunggal membesarkan lima anaknya.
“Saya hanya mengenal kesulitan ekonomi di masa kecil saya. Saya sering memakai baju yang sama selama empat hari berturut-turut karena saya tidak punya apa-apa lagi,” ucapnya.