Para suporter yang datang ke stadion, yang begadang di depan layar, dan yang menyanyikan lagu kebanggaan meski hasil tidak berpihak pada mereka.
Bagi Paes, dukungan itu lebih dari sekadar energi tambahan. Itu pengingat bahwa perjuangan ini bukan milik sebelas orang di lapangan, tapi milik seluruh bangsa.
Janji untuk Kembali
Di balik kesedihan, Paes tidak ingin terpuruk. Ia memilih menatap ke depan.
“Sekarang saatnya untuk mencerna dan melihat kembali perjalanan ini, bekerja keras agar kami dapat maju dan berjuang demi masa depan yang menjanjikan dari apa yang sedang kami bangun,” katanya mengakhiri.
Baca Juga: Jelang Lawan Arab dan Irak, Maarten Paes: Nikmati Pertandingan, Jangan Terbebani Mimpi Piala Dunia!
Bagi Paes, ini bukan akhir dari segalanya, namun hanya jeda semata. Mimpi Piala Dunia mungkin belum menjadi nyata pada 2026, tapi nyala semangatnya belum padam.
Ia bertekad untuk membawa Garuda terbang lagi menuju Piala Dunia 2030 mendatang.
Paes mungkin akan kembali berdiri di bawah mistar dengan mata yang menyala. Namun untuk saat ini, ia lebih memilih berdamai dengan luka, seraya menjaga bara mimpi itu tetap hidup.***