KONTEKS.CO.ID – Nasib Hajime Moriyasu di ujung tanduk. Ia pun membungkuk minta maaf ke fan tim nasional Jepang usai tersingkir dari Piala Dunia 2022.
Nasib Hajime Moriyasu sebagai pelatih timnas Jepang masih abu-abu. Itu setelah tim Samurai Biru kalah dramatis 1-1 (1-3) dalam adu penalti atas Kroasia di babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Meski banyak yang pesimistis soal kans Jepang di penyisihan Piala Dunia 2022, namun mereka membuktikan kesalahan semua petaruh. Anak asuh Hajime Moriyasu malah sukses tampil sebagai juara Grup E yang dalam perjalanan ke sana menumbangkan Jerman dan Spanyol.
Layanan streaming Abema, yang menayangkan secara langsung pertandingan Piala Dunia 2022 di Jepang, setidaknya mengumpulkan lebih dari 25 juta pemirsa saat Samurai Biru didepak Kroasia melalui adu penalti di Al Janoub Stadium, Al Wakrah, Qatar, Selasa 6 Desember dini hari WIB.
Banyak hal tentang jalur Samurai Biru menuju siklus berikutnya masih belum diketahui. Karena tidak ada pelatih yang bertanggung jawab atas tim selama lebih dari empat tahun sejak 1960-an, seperti yang dilakukan Moriyasu.
Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) belum mengindikasikan apakah Moriyasu – yang juga melatih tim Jepang di Olimpiade Tokyo – akan mempertahankan jabatannya yang dia emban sejak 2018.
Sejumlah manajer elite Eropa telah diajukan sebagai kandidat untuk peran tersebut dalam beberapa hari terakhir, termasuk mantan manajer Leeds United Marcelo Bielsa, dan mantan pelatih timnas Jerman Joachim Loew, yang ia antar juara Piala Dunia 2014.
Saat ribuan pendukung Jepang bersiap untuk meninggalkan Qatar dalam beberapa jam dan hari mendatang, banyak yang sudah merencanakan untuk kembali.
Piala Asia 2023, yang semula dijadwalkan pada Juni dan Juli mendatang, sekarang diperkirakan akan digeser kembali ke Januari 2024, dengan Qatar mengambil alih sebagai tuan rumah setelah China mundur karena dampak kebijakan “nol-COVID”.
Itu bisa membuat Jepang memulai kampanyenya untuk lolos ke Piala Dunia 2026 – dan Piala Asia 2027, yang akan secara resmi diberikan kepada Arab Saudi awal tahun depan – sebelum turnamen kontinental berikutnya berlangsung.
Selepas laga kontra Kroasia, nasib Moriyasu di ujung tanduk. Memeragakan tradisi Seikerei, ia membungkuk minta maaf secara langsung kepada fan timnas Jepang yang hadir di Al Janoub Stadium.
“Kami tidak dapat melakukan semuanya sekaligus. Kami tidak bisa menjadi pahlawan super sekaligus,” beber Hajime Moriyasu seperti dilaporkan The Guardian.
“Kami perlu meningkat selangkah demi selangkah. Tetapi tidak ada keraguan bahwa Jepang mencapai level di mana kami dapat bermain di panggung dunia dan para pemain individu juga telah berkembang,” papar pelatih 54 tahun tersebut.
Bagaimana soal kemenangan Kroasia di adu penalti? Mengingat, dua dari tiga kemenangan Kroasia pada fase gugur Piala Dunia 2018 diraih melalui drama tos-tosan pula.
“Saya pikir ini keberuntungan, tapi juga latihan. Keduanya. Dalam hal mencapai target masih ada jarak antara tim-tim top Eropa dan Jepang,” urai Moriyasu.
“Kiper Kroasia (Dominik Livakovic) luar biasa hari ini, tetapi para pemain Jepang juga harus lebih baik dalam adu penalti. Ini adalah hal lain yang perlu kami tingkatkan untuk masa depan,” tandas pria yang mencatat 35 penampilan buat timnas Jepang periode 1992-1996 itu.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"