KONTEKS.CO.ID – Didorong keinginan untuk membawa Indonesia di persaingan global, Jay Idzes menjadi bagian dari generasi baru skuad ‘Garuda’.
Impian Indonesia yang telah lama ditunggu-tunggu untuk kembali ke Piala Dunia mungkin mendekati kenyataan. Indonesia pernah bermain di Piala Dunia 1938.
Indonesia tampil mengagumkan di putaran kedua kualifikasi Zona Asia dan setelah menang berturut-turut (1-0 dan 3-0) atas rival Asia Tenggara Vietnam pada Maret.
Dobel kemenangan itu membuat Indonesia duduk di posisi kedua Grup F, yang juga berisi tim kelas berat di Asia, yaitu Irak, dan satu lagi adalah Filipina.
Satu kemenangan dari dua pertandingan terakhir mereka di bulan Juni akan membuka pintu ke putaran ketiga dan membawa negara ini selangkah lebih dekat untuk kembali ke papan atas olahraga ini.
Salah satu faktor membaiknya performa Indonesia adalah masuknya beberapa pemain keturunan Belanda, satu di antaranya Jay Idzes.
Setelah menunggu lama untuk menyelesaikan proses naturalisasi, bek tengah berusia 23 tahun ini langsung memberikan pengaruh pada debutnya pada 21 Maret melawan Vietnam.
Ia mengulanginya lima hari kemudian saat mencetak gol pembuka dalam kemenangan mengesankan di Hanoi.
“Saya senang prosesnya akhirnya selesai dan saya bisa bermain untuk Indonesia,” kata Idzes kepada FIFA.
“Tentunya saya sudah menunggu cukup lama, jadi ketika momennya tiba, saya sangat bersemangat,” ujarnya.
“Laga pertama pastinya sangat spesial. Saya merasakan dukungan dan cinta dari semua orang di sana.”
“Saya tahu sebelumnya bahwa para penggemarnya luar biasa, tetapi saya lebih mengapresiasi mereka setelah pertandingan pertama.”
“Kemudian mencetak gol di pertandingan kedua rasanya sungguh luar biasa. Saya tidak terlalu fokus untuk mencetak gol, karena harus menyelesaikan pertandingan terlebih dahulu.”
“Namun, setelahnya dan beberapa hari berikutnya, Anda menyadari bahwa apa yang Anda impikan dan doakan menjadi kenyataan.”
Impian untuk berkompetisi di Piala Dunia adalah impian yang dimiliki setiap pemain profesional, tidak terkecuali pemain Venezia FC ini.
Tantangan berikutnya adalah memanfaatkan momentum positif tersebut ketika Indonesia menyelesaikan sisa pertandingan kualifikasi melawan Irak dan Filipina pada Juni mendatang.
“Kami telah mengambil langkah bagus dengan memenangkan dua pertandingan terakhir melawan Vietnam,” kata Idzes.
“Sekarang kami harus bermain melawan Irak dan Filipina, dan setelah itu kita lihat saja di mana posisi akhirnya. Kami tidak ingin melihat terlalu jauh ke depan, hanya satu pertandingan ke pertandingan lain.”
“Kami akan berusaha lolos ke babak berikutnya dan kami tahu apa yang perlu kami lakukan.”
“Kami tahu ini tidak akan mudah, tidak seperti dua pertandingan terakhir. Kami perlu mempersiapkan diri dengan baik.”
“Seperti yang saya katakan, kami hanya perlu melakukannya berkonsentrasi pada pertandingan berikutnya dan tidak terlalu fokus pada hasil akhir,” ujarnya.
Idzes menunjuk pada beragamnya kekuatan Indonesia dan menekankan perpaduan talenta dari berbagai latar belakang merupakan faktor penting dalam keberhasilan mereka.
Sebagai pemain dengan pengalaman Eropa, integrasinya ke dalam tim berjalan mulus.
“Tentu saja keberagaman ini membantu karena Anda bisa memiliki tipe pemain berbeda di tim sekarang yang bermain di Eropa atau di negara lain,” kata Idzes.
“Saya pikir kami memiliki perpaduan yang bagus. Kami semua sangat bangga mewakili negara dan semua orang bekerja keras.”
“Setiap momen, setiap hari, ketika kami berada di lapangan latihan dan juga ketika kami bermain, Anda dapat melihat semua orang benar-benar ingin berjuang untuk negara.”
“Bukan hanya para pemain, tetapi juga staf [pelatih] dan semua orang. Saya pikir itu sangat penting dalam mempengaruhi cara kami bermain sekarang.”
Tekad, semangat juang, dan kehadiran Idzes yang lugas, tenang, dan berwibawa di lini belakang, membuatnya langsung menjadi idola fan Indonesia. Ia berharap bisa menjadi teladan dan mendorong generasi muda Indonesia untuk berkembang lebih jauh.
“Saya tipe pemain yang suka berorganisasi dan berusaha memastikan semua orang yang terlibat dalam pertandingan berada pada posisi yang tepat, agar kami bisa mengendalikan permainan,” kata Idzes.
“Saya juga pemain yang banyak bicara di lapangan, dalam hal melatih dan membantu pemain lain.”
“Begitulah cara saya membantu tim, dan saya pikir bagi saya dan pemain lain yang lebih senior dan berpengalaman, kami bisa membantu pemain muda.”
Tidak mengherankan jika penggemar lokal langsung menyukai Idzes, bahkan memberinya julukan khas Indonesia “Bang Jayadi”. Curahan kasih sayang itu adalah sesuatu yang dihargainya.
“Bukan hanya saya saja yang mendapat (julukan itu), tetapi pemain keturunan Eropa lainnya yang bermain di timnas Indonesia,” kata Idzes.
“Sejujurnya saya mendapat banyak dukungan dalam setahun terakhir ini. Saya sangat bersyukur atas hal itu dan juga sangat senang bahwa saya dan semua orang [pemain keturunan] diterima dengan sangat baik.”
“Usai pertandingan, saya mendengar semua orang memanggil saya ‘Bang Jayadi’. Senang mendengarnya, semua orang tertawa. Saya sangat menghargai dukungan dan cinta dari para penggemar,” kata Bang Jayadi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"