KONTEKS.CO.ID – FIFA telah membuka proses disipliner terhadap Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol, Luis Rubiales atas perilakunya di final Piala Dunia Wanita 2023 pada Minggu lalu.
Rubiales melakukan selebrasi dengan mencium bibir penyerang Jenni Hermoso setelah Spanyol mengalahkan Inggris.
Buruknya lagi, dia sebelumnya meraih selangkangannya saat merayakan peluit akhir tanda pertandingan antara Spanyol dan Inggris berakhir.
FIFA akan memeriksa apakah tindakan tersebut merupakan pelanggaran pasal 13 dalam kode disiplinnya. Pasal ini mengenai perilaku ofensif dan fair play.
“FIFA menegaskan kembali komitmennya yang teguh untuk menghormati integritas semua individu dan mengecam keras segala perilaku yang bertentangan,” kata FIFA dalam sebuah pernyataan, mengutip BBC, Jumat 25 Agustus 2023.
Menurut kode disiplin, pejabat termasuk di antara mereka yang harus mematuhi prinsip-prinsip permainan yang adil, loyalitas dan integritas.
Tindakan disipliner dapat berlaku terhadap siapa pun yang “melanggar aturan dasar perilaku yang layak”; “menghina orang atau badan hukum dengan cara apa pun, terutama dengan menggunakan gerak tubuh, isyarat atau bahasa yang menyinggung”; atau “berperilaku dengan cara yang merugikan olahraga” sepak bola dan/atau FIFA menjadi buruk”.
Selebrasi Rubiales saat peluit akhir berbunyi berlangsung di area VIP Stadium Australia. Saat itu dia berdiri di dekat Ratu Letizia dari Spanyol dan putrinya yang berusia 16 tahun.
Dia kemudian mencium bibir Jenni Hermoso setelah ia dianugerahi medali kemenangannya di podium.
Rubiales meminta maaf atas ciuman itu pada hari Senin. Namun Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengatakan maaf saja “tidak cukup”.
Lalu Wakil Perdana Menteri Kedua, Yolanda Diaz, ikut menyerukan agar Rubiales mengundurkan diri.
Futpro, sebuah serikat pekerja yang mewakili Hermoso, mengatakan, insiden tersebut tidak boleh begitu saja terlepas.
Sementara itu, Federasi Sepak Bola Spanyol menyerukan gelaran sidang umum luar biasa pada hari ini, Jumat 25 Agustus 2023. Sidang tersebut adalah hal yang mendesak. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"