KONTEKS.CO.ID – Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Kanjuruhan Malang, 1 Oktober 2022, membuka mata banyak pihak. Sepak bola nasional butuh banyak pembenahan, termasuk soal stadion.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Hasani Abdulgani mengakui, banyak masalah dalam industri sepak bola di Tanah Air. Banyak stadion yang belum standar FIFA.
“Secara kasat mata banyak stadion yang belum layak, karena klub tidak punya stadion, yang punya pemerintah daerah,” ujar Hasani dalam keterangan tertulis.
Menurutnya, Pemda tak tahu apa yang sebetulnya menjadi kebutuhan klub untuk menggelar sebuah pertandingan.
“Menurut Pemda sudah bagus tapi dari sisi klub belum cukup, terutama security FIFA belum memenuhi standar,” lanjutnya.
Saat ini, Hasani mengungkapkan, baru Bali United yang mengguinakan sistem kontrak untuk mengelola sendiri Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Belum adanya klub Indonesia yang punya stadion sendiri disebabkan tak ada investor yang mau berinvestasi.
Perizinan Sepak Bola Nasional
Ini tak lepas dari kebiasaan sepak bola nasional menggunakan izin keramaian, bukan izin industri.
“Izin keramaian tak memiliki kepastian untuk investor. Ini membuat tak ada klub atau investor yang mau bikin atau kelola stadion,” ujar Hasani.
Ini berbeda dengan kompetisi di luar negeri. “Kalau Liga di luar negeri jadwal setahun sebelumnya sudah ada, jadi pemilik klub berani bangun atau kelola stadion. Di sini walau LIB sudah keluarkan jadwal, namun saat mau pertandingan masih harus izin keramaian lagi,” sambungnya lagi.
Anggota Exco ini kemudian menyarankan model perizinan sebaiknya diubah agar lebih bersahabat untuk industri sepak bola.
Menurutnya, izin keramaian memakai dasar hukum berbeda, dengan pertimbangan berdasarkan berbahaya atau tidak sebuah kegiatan bagi publik.
“Namun kalau izin industri, setelah diberikan akan dievaluasi dan dikontrol, apalagi jika ada peristiwa tertentu,” pungkas Hasani.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"