KONTEKS.CO.ID – Peristiwa tragis Kanjuruhan yang menelan korban jiwa 174 suporter menjadi sorotan dunia. Inilah peristiwa sepak bola yang paling mengerikan nomor dua di dunia.
Sebelumnya, lebih dari 50 tahun lalu di Peru, terjadi peristiwa mengerikan di Estadio Nacional alias Stadion Nasional itu terjadi pada 24 Mei 1964, di mana lebih dari 300 orang tewas dan sekitar 500 mengalami luka-luka.
Saat timnas Peru melawan Argentina dalam laga kualifikasi Olimpiade 1964. Suporter Peru turun ke lapangan akibat sebuah gol yang dianulir wasit pada menit-menit akhir pertandingan.
Massa suporter yang membanjiri lapangan membuat pihak keamanan menembakan gas air mata yang justru membuat keadaan memburuk. Suporter menjadi panik dan berlarian menghindari gas air mata hingga saling berdesakan.
Sebagian besar korban meninggal karena sesak napas. Kerusuhan menjadi makin memanas di luar stadion akibat bentrokan antara suporter dan pihak keamanan bersenjata. Korban tewas juga dilaporkan ada yang disebabkan tembakan senjata api.
Tragedi Kanjuruhan memiliki kesamaan dengan peristiwa di Peru, yakni penggunaan gas air mata yang membuat banyak orang kekurangan oksigen.
Kapasitas stadion yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dari jumlah kepasitas 38.000, ternyata tiket yang dijual dalam pertandingan pada laga Arema FC vs Persebaya mencapai 45.000.
Selain itu, suporter yang dalam keadaan rusuh bertambah panik akibat pintu stadion yang terkunci. Padahal harusnya sudah dibuka 15 menit sebelum pertandingan usai. Kabar kurang mengenakan tersebar karena penjaga pintu stadion tidak ada di tempat.
Namun, penembakkan gas air mata merupakan salah satu penyebab banyaknya korban jiwa. Dan ini jelas tindak pelanggaran prosedur keamanan sesuai standar FIFA. Selain itu juga jumlah penonton yang melebihi kapasitas stadion, merupakan pelanggaran terhadap prosedur keamanan sesuai standar FIFA.
***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"